WhatsApp

Click To Chat

Ancaman Cyberwarfare Semakin Nyata, Begini Cara Lindungi Bisnis Anda!

Home > News & Blog

Apa Saja Strategi dan Pola Serangan dalam Cyberwarfare?)

Cyberwarfare adalah bentuk peperangan modern yang dilakukan melalui serangan siber, dengan tujuan mengganggu, menonaktifkan, atau menghancurkan infrastruktur digital milik lawan. Di era teknologi digital mendominasi hampir semua sektor kehidupan, medan perang tak lagi terbatas pada darat, laut, atau udara, dunia maya kini menjadi arena konflik yang tak kalah krusial.

Tak heran, setiap kali terjadi konflik militer antarnegara, jumlah serangan siber ikut meningkat drastis. Hal ini karena serangan digital menawarkan jalur yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih sulit dilacak. Targetnya pun beragam, mulai dari lembaga pemerintah, fasilitas energi, hingga perusahaan swasta yang tidak memiliki perlindungan siber memadai.


Apa Saja Strategi dan Pola Serangan dalam Cyberwarfare? 

Cyberwarfare mencakup berbagai jenis serangan digital yang dirancang untuk mengganggu, merusak, atau mengecoh lawan. Berikut adalah beberapa metode umum yang sering digunakan. 

1. Spionase Siber

Tujuan utama serangan ini adalah mencuri informasi rahasia negara atau institusi lain. Teknik yang digunakan meliputi spear phishing untuk menyusup ke sistem sensitif, hingga penggunaan botnet untuk mengekstrak data secara diam-diam. 

2. Sabotase

Serangan sabotase menargetkan sistem atau data penting untuk dihancurkan, dimodifikasi, atau dicuri. Ini bisa datang dari luar maupun dari dalam, misalnya oleh karyawan yang kecewa atau berafiliasi dengan pihak lawan. Dampaknya bisa sangat serius, terutama jika menyangkut sistem pertahanan atau infrastruktur vital.

3. Denial-of-Service (DoS)

DoS adalah serangan yang membanjiri sistem atau website dengan permintaan palsu secara masif atau layanan yang tidak bisa diakses. Dalam konteks perang, serangan ini bisa menargetkan website militer, lembaga pemerintahan, atau pusat riset strategis.

4. Serangan ke Infrastruktur Listrik

Salah satu serangan paling berbahaya adalah menyasar jaringan listrik nasional. Dampaknya meluas, mulai dari terputusnya layanan komunikasi, berhentinya alat kesehatan, hingga gangguan pada transportasi publik. Dalam situasi ekstrem, serangan ini bisa mengancam keselamatan jiwa.

5. Propaganda Digital

Jenis serangan ini menyasar opini publik. Taktiknya bisa berupa penyebaran disinformasi, manipulasi media sosial, atau pencemaran nama baik tokoh penting. Tujuannya menciptakan instabilitas sosial dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

6. Disrupsi Ekonomi

Sistem keuangan digital menjadi target utama dalam serangan ekonomi. Mulai dari bursa saham, sistem pembayaran, hingga bank bisa dijadikan sasaran untuk mencuri dana, membekukan transaksi, atau menimbulkan kepanikan finansial.

7. Serangan Mendadak (Surprise Attacks)

Serangan ini bertujuan untuk melumpuhkan sistem musuh secara tiba-tiba dan masif, tanpa memberi waktu untuk merespons. Dalam strategi perang hybrid, serangan mendadak sering menjadi langkah awal sebelum aksi militer fisik dilancarkan.

Baca Juga: Digital Twin: Diciptakan Secara Virtual, Dikelola Secara Nyata  

Mengapa Cyberwarfare Bisa Mengganggu Stabilitas Bisnis?

Meskipun cyberwarfare kerap dikaitkan dengan konflik antarnegara, dampaknya juga dapat dirasakan langsung oleh sektor bisnis. Perusahaan, terutama yang bergerak di sektor kritikal seperti energi, komunikasi, layanan darurat, perbankan, dan pertahanan, sering menjadi target baik secara langsung maupun sebagai efek samping (collateral damage) dari konflik yang lebih luas.

Namun ancaman ini tidak terbatas pada sektor vital saja. Tergantung pada motif serangan, bisnis dari berbagai industri pun bisa ikut terdampak. Skala kerusakan yang ditimbulkan bahkan bisa jauh lebih luas dibandingkan serangan siber biasa.

Gangguan operasional menjadi salah satu dampak paling nyata. Ketika sistem digital kolaps, pendapatan bisa terhenti dalam sekejap. Belum lagi risiko kebocoran data sensitif seperti informasi pelanggan, kekayaan intelektual, atau data finansial yang dapat menimbulkan konsekuensi hukum dan hilangnya kepercayaan publik.

Serangan semacam ini juga meninggalkan beban finansial yang besar, mulai dari biaya pemulihan sistem, investigasi forensik, hingga peningkatan keamanan. Di sisi lain, kerusakan reputasi bisa menjadi dampak jangka panjang yang sulit dipulihkan. 


Dua Contoh Kasus yang Menggambarkan Bahaya Cyberwarfare

Operation Rising Lion Israel (Juni 2024)

Ketika Israel meluncurkan Operation Rising Lion pada 13 Juni 2024, lonjakan serangan siber langsung menyusul.

Traffic ke website Israel meningkat 172 persen, menunjukkan besarnya perhatian publik dan potensi eksploitasi di tengah situasi genting. Serangan terhadap sistem WAAP naik 63 persen, dengan target utama situs pemerintah dan sektor finansial. Situs pemerintah juga mencatat lonjakan serangan tertinggi hingga 320 persen.

Selain itu, serangan DDoS Layer 7 meningkat drastis, naik 1.336 persen dalam request per second (RPS) dan banyak menyasar situs terkait pertahanan. Di sisi lain, DDoS Layer 3/4 turut terjadi meski dengan bandwidth relatif kecil (rata-rata 5 Gbps), tetapi tetap mengarah ke website pemerintah.

Invasi Rusia ke Ukraina (Februari 2022)

Saat Rusia memulai invasi ke Ukraina, serangan siber langsung menyasar berbagai titik vital. Traffic ke berbagai website Ukraina melonjak 56 persen dan berlangsung hampir sepanjang tahun.

Serangan WAAP dan DDoS menghantam institusi keuangan, situs bisnis, bahkan SPBU. Pola ini menunjukkan infrastruktur sipil menjadi target utama dengan tujuan melumpuhkan kehidupan sosial dan ekonomi warga sipil, bukan hanya kekuatan militer.


Solusi Nyata dari Imperva untuk Hadapi Ancaman Cyberwarfare

Fakta ancaman cyberwarfare yang sangat kompleks, menuntut perlindungan siber yang menyeluruh dan adaptif. Untuk itu, Imperva menghadirkan solusi keamanan mencakup dua lapisan penting: aplikasi dan data. Pendekatan holistik ini membantu bisnis meningkatkan ketahanan terhadap serangan, baik dalam situasi normal maupun saat konflik geopolitik terjadi.

Perlindungan Aplikasi yang Komprehensif

Imperva melindungi seluruh ekosistem aplikasi dari website, API, hingga microservices dengan berbagai teknologi canggih:

  • Web Application Firewall (WAF): Lindungi aplikasi dari serangan berbasis web secara real-time menggunakan analisis trafik kelas dunia.
  • Runtime Application Self-Protection (RASP): Deteksi dan hentikan serangan langsung dari dalam lingkungan runtime aplikasi, seperti injeksi dan eksploitasi eksternal.
  • API Security: Menjaga endpoint API sejak awal rilis, secara otomatis mengidentifikasi potensi celah keamanan, dan mencegah penyalahgunaan.
  • Advanced Bot Protection: Cegah serangan dari bot berbahaya, seperti account takeover dan scraping harga, baik di website, aplikasi mobile, maupun API.
  • DDoS Protection: Menghalau traffic berbahaya langsung dari edge network tanpa mengorbankan performa layanan, baik di sistem on-premises maupun cloud.
  • Attack Analytics: AI dan Machine Learning untuk membaca pola serangan, memberikan insight menyeluruh, serta mempercepat proses mitigasi.
  • Client-Side Protection: Monitor dan amankan skrip pihak ketiga yang berjalan di browser pengguna, mencegah serangan supply chain dan kebocoran data di sisi klien.

Keamanan Data di Era Cloud

Imperva tak hanya menjaga aplikasi, tetapi juga memastikan keamanan data dimanapun data berada.

  • Cloud Data Security: Menyederhanakan proteksi data di layanan cloud dengan kontrol penuh dan integrasi yang mendukung kecepatan DevOps.
  • Database Security: Visibilitas, proteksi, dan respons cepat terhadap potensi ancaman di seluruh aset data baik di on-premises maupun cloud.
  • Data Risk Analysis: Identifikasi akses data yang mencurigakan atau tidak sesuai secara otomatis, membantu tim keamanan mengelola risiko secara proaktif.

Ketahui Produk Lebih Lanjut: Imperva


Perkuat Pertahanan Siber Bisnis Anda Bersama Imperva dan BPT

Dengan meningkatnya eskalasi konflik global dan serangan siber yang semakin canggih, memperkuat perlindungan terhadap aplikasi dan data menjadi kebutuhan krusial bagi setiap perusahaan.

Imperva hadir sebagai solusi keamanan komprehensif untuk menghadapi beragam ancaman, mulai dari perlindungan aplikasi, API, hingga keamanan data. Dengan pendekatan holistik, Imperva membantu perusahaan menjaga sistem tetap aman, stabil, dan tangguh dalam menghadapi berbagai bentuk cyberwarfare.

Sebagai bagian dari CTI Group dan distributor resmi Imperva di Indonesia, Blue Power Technology (BPT) siap menjadi mitra strategis Anda. Tim ahli kami akan membantu Anda membangun pertahanan siber yang efektif, sesuai kebutuhan, dan siap menghadapi tantangan digital masa kini.

Hubungi kami sekarang untuk konsultasi gratis dan temukan solusi keamanan terbaik untuk bisnis Anda.

Penulis: Wilsa Azmalia Putri – Content Writer CTI Group

Share on:

telephon

PHONE:
+62 822-9992-2278

Whatsapp

BPT CARE HUB:
+6221 806 22278

Start a Conversation