Menurut KPMG Global, pandemi COVID-19 membuat jumlah ransomware kian meningkat. Hal ini dikarenakan lemahnya keamanan TI, khususnya dengan mayoritas karyawan dan bisnis yang bekerja dari rumah. Terlebih lagi, para hacker bisa mengirimkan email yang telah disisipi ransomware dengan mengatasnamakan COVID-19.
Apa itu Ransomware, dan Apa Dampaknya?
Ransomware merupakan salah satu metode serangan siber yang mengandalkan social engineering, di mana target meng-klik link agar para hacker bisa menjalankan serangannya. Dengan ransomware berarti para hacker akan mengenkripsi data bisnis, sehingga tidak bisa diakses oleh bisnis itu sendiri. Data akan dikembalikan setelah bisnis membayar uang tebusan yang biasanya diminta dalam bentuk bitcoin. Hal ini dikarenakan bitcoin sulit dilacak.
Rata-rata kerugian yang diakibatkan oleh sebuah serangan ransomware bisa mencapai $700 ribu, dan angka ini bisa meningkat dua kali lipat apabila bisnis membayar uang tebusan yang diminta hacker. Perlu diingat bahwa ancaman ransomware tak akan pernah hilang, melainkan akan semakin meningkat dan canggih. Faktanya, Cybersecurity Ventures memprediksi biaya global yang dihabiskan terkait ransomware akan mencapai $20 miliar di 2021.
Apakah Data Backup Masih Efektif?
Data backup sering disebut sebagai solusi yang ampuh untuk mengatasi ancaman ransomware. Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar. Para hacker sudah ‘mengimprovisasi’ aksinya, di mana mereka ‘mencuri dan menyalin’ data bisnis terlebih dahulu sebelum mengenkripsinya. Dengan demikian, mereka bisa membocorkan serta menjual data-data konfidensial ke dark web. Apabila hal ini terjadi, bisnis tak hanya merugi secara finansial, tetapi juga reputasi di kalangan publik.
Baru-baru ini, University of Utah mengalami serangan siber model di atas yang membuat mereka harus membayar $457 ribu kepada para hacker untuk mencegah bocornya data, walaupun sudah melakukan backup data. Kejadian tersebut membuktikan bahwa memiliki data backup bukan lagi ‘peluru’ yang ampuh untuk melawan ancaman ransomware. Maka dari itu, dibutuhkan solusi yang jauh lebih tepat dan ideal.
Platform Keamanan Isla: Solusi Ideal Saat Ini
Seperti yang sudah tertulis di atas, ransomware bisa dieksekusi melalui email. Maka, web browser adalah ‘pintu masuk’ bagi para hacker. Untuk itu, memastikan keamanan web browser haruslah menjadi prioritas bagi bisnis. Salah satu caranya ialah dengan mengadopsi arsitektur isolasi remote browser yang hadir di solusi platform keamanan Isla dari Cyberinc.
Isla dapat mengisolasi pengeksekusian script eksternal, url, dan lampiran dari perangkat para pengguna. Sebelum masuk ke endpoint pengguna, konten yang mungkin berisi ransomware akan diubah menjadi pixel yang tak berbahaya terlebih dahulu. Dengan demikian, memastikan keamanan web browser yang optimal bagi bisnis.
Seiring dengan meningkatnya angka ransomware, memastikan keamanan yang memadai bagi web browser bukan lagi opsional, tetapi sudah menjadi kewajiban. Dengan Isla, hal ini bisa dicapai dengan mudah. Bagi bisnis di Indonesia yang ingin mendapatkan Isla, silakan hubungi Blue Power Technology di marketing@bluepowertechnology.com
Sumber:
https://blogs.cyberinc.com/can-data-backup-save-your-face-during-a-ransomware-attack-think-again